Tuesday, January 24, 2006

023.Memaknai Hidup

Kehidupan bagi setiap orang bermakna berbeda-beda, banyak orang yang saya temui mereka menceritakan makna kehidupannya praktis gak ada yang sama.
Dari semua yang saya temui, saya ambil sebuah persamaan bahwa semua termasuk kita menginginkan hidup kita lebih baik dan berarti dari sekarang.
Jadi pada akhirnya semua orang menginginkan menutup mata yang terakhir kalinya dengan sebuah senyum.

Pada akhir hayat kita tidak dinilai teman, tetangga atau orang-orang terkasih yang kita tinggalkan dari seberapa banyak uang yang kita kumpulkan.
Tapi semua orang selalu melihat dari kebaikan yang kita pernah lakukan.
Akhirnya tanpa kita sadari semua ada sebuah resolusi bahwa lingkungan kita selalu menilai terhadap apa yang telah kita kerjakan, sedangkan kita selalu melihat depan apa yang kita persepsikan.

Tiap detik waktu berdetak, berjalan perlahan terus menerus tanpa kita sadari menjadikan kita semakin umur kita semakin sempit.
Semakin terbatas hal-hal yang dapat kita lakukan, karena kita makin sibuk, kita semakin menua, kita semakin melemah fisiknya.
Semakin sedikit pilihan kita untuk memaknai hidup ini.

Saya atau temen-temen yang saya temui tidak bisa mengingat siapa paling kaya kira2 20 tahun lalu, atau 50 tahun lalu bahkan 100 tahun lalu.
Tetapi kita selalu terkenang bagaimana Graham Bell menciptakan telepon, Thomas Alpa Edisson menciptakan lampu.
Kita akan terkesan akan kebaikan orang 1 tahun lalu, 5 tahun lalu.

Saya menyadari belum bisa berbuat baik hingga membuat orang lain berkesan atau mengenang saya.
Saya sadar belum banyak berbuat sesuatu berguna bagi banyak orang.
Terbesit dalam pikiran saya pesan AA Gym, kalo kita menginginkan sebuah perubahan maka mulailah dari yang mudah, mulailah dari yang kecil dan mulailah saat ini.

Sekarang semua pilihan-pilihan hidup yang akan datang itu kita tentukan, kita mau kaya atau berbuat baik ? Semua tergantung bagaimana kita memberikan makna bagi kehidupan kita.

No comments: