Wednesday, November 16, 2005

Milik Anda, Belum Tentu Rizki Anda

Ada yang kaya, tapi sakit.
Kekayaannya tidak dapat dia nikmati.
Ada yang tidak punya kendaraan, tiba-tiba dapat tumpangan.
Tidak memiliki, namun mendapat manfaat dari milik orang lain.

Sering orang mengatakan mencari rizki dengan maksud mencari uang. Itu benar. Lebih benar lagi bila meyakini bahwa rizki tidak selalu berbentuk uang.
Kesehatan, kepandaian, tumpangan, cinta, semua merupakan rizki.
Sesuatu yang bisa kita ambil manfaatnya adalah rizki bagi kita.
Sebaliknya, sesuatu yang tidak bisa kita ambil manfaatnya atau kenikmatannya, maka itu belum menjadi rizki.

Seseorang beli rumah, namun tidak pernah dapat dia singgahi (misalnya ini rumah ke dua), maka belum disebut rizki.
Baru disebut sebagai milik. Jadi, sesuatu yang menjadi milik, belum tentu menjadi rizki.
Mana yang kita cari, rizki atau milik?
Tentu saja keduanya sama pentingnya.
Memiliki sesuatu berarti berpotensi mendapat manfaat dari sesuatu itu dengan lebih leluasa. Memiliki berarti mempunyai kuasa kemerdekaan untuk mengambil manfaat.

Yang merugi adalah seseorang yang memiliki sesuatu namun kurang mendapat manfaat darinya.

Artinya barang itu tidak menjadi rizki.
Misalnya seseorang yang mengumpulkan banyak uang.
Lalu uang itu hanya ia simpan. Maka ia kurang mendapat rizki.
Uang tersebut baru menjadi rizki ketika dia gunakan untuk membeli sesuatu, dia sedekahkan misalnya, atau dia pinjamkan sebagai modal bagi orang lain.
Dengan dipinjamkan misalnya, uang itu menjadi rizki buat yang ditolong karena dapat dijadikan modal usaha, dan menjadi rizki bagi yang menolong karena memberi pahala.

Yang tragis adalah seseorang yang menumpuk-numpuk harta, lalu dia sakit, lalu hartanya dipakai istrinya menyeleweng, dan dipakai anaknya narkoba.
Ini betul-betul milik yang luput jadi rizki.
Hartanya luput jadi rizki, istrinya luput jadi rizki, anaknya pun luput jadi rizki.
Di sisi lain banyak juga orang yang sedikit memiliki namun banyak rizki.
Misalnya karena berada di dekat sebuah bank, maka rumah seseorang ikut terjaga oleh satpam bank tersebut.
Tidak punya rumah, eh disuruh tunggu rumah sesorang yang punya banyak rumah.
Mau sekolah, eh dapat beasiswa.
Nggak bisa beliin baju buat lebaran, eh anaknya pengertian bahkan menghibur orang tuanya. Itu semua wujud rizki dari Tuhan.


Nah, biar milik Anda segera menjadi rizki, maka pakailah, gunakanlah, ambil manfaatnya, baik untuk diri sendiri maupun untuk menolong orang lain.
Barulah milik itu mempunyai nilai sebagai rizki.

No comments: