Friday, September 30, 2005

Humor Sufi

Cermin
Di tepi jalan seorang tolol menemukan sebuah cermin.
Dia memungutnya, melihat ke cermin, dan tampak olehnya bayangannya.
Segera ia meletakkan cermin itu lagi, seraya berkata, "Maaf, aku tidak tahu kalau itu milikmu."

Hantam Kepalamu
Seorang lelaki datang kepada seorang syekh sufi dan berkata:"Aku capek jadi seorang zahid, dan keduniawian membuatku dingin.
Apa yang harus kulakukan?"Sufi itu menjawab: "Hantam kepalamu dengan batu karang."

Syair yang Jelek
Amir kota membacakan sebuah syair yang digubahnya dan meminta pendapat Bahlul.
"Aku tidak menyukainya," sahut Bahlul.
Amir pun marah dan memerintahkan agar Bahlul dijebloskan ke dalam penjara.
Minggu berikutnya si amir memanggil Bahlul dan membacakan lagi di hadapannya syairnya yang lain.
"Bagaimana dengan yang ini?" tanyanya.
Bahlul segera bangkit berdiri.
"Hendak ke mana kamu?" tanya si amir.
"Ke penjara," jawab Bahlul.

Ayam Jantan
Sekelompok pemuda bersepakat akan mempermainkan Mullah Nashruddin.
Masing-masing di antara mereka membawa sebutir telur dan mengajak Mullah ke tempat mandi umum.
Di dalam tempat mandi umum mereka berkata: "Kita sekarang mau bertelur, yang tidak bertelur harus mentraktir."
Lalu para pemuda itu berjongkok, berkokok, dan menggelindingkan telur yang mereka sembunyikan di dalam celana mereka.
Seraya berpaling ke arah Mullah, mereka melihatnya sedang mengepak-kepakkan kedua tangannya dan mulai bersuara seperti ayam jantan.
"Demikian banyak ayam betina membutuhkan seekor ayam jantan," kata si tua Mullah kepada para pemuda yang keheranan itu.

Bosan terhadap Guru
Sekelompok anak sekolah yang sudah jenuh dengan guru mereka memutuskan untuk melepaskan diri darinya sejenak.
Salah seorang di antara mereka, yang lebih arif daripada yang lainnya, berkata "Aku akan masuk ke dalam kelas untuk mengatakan kepada guru: "Mengapa Bapak kelihatan begitu pucat?"
Lalu Hasan masuk ke dalam kelas dan bertanya kepada guru itu apakah dia sedang tidak enak badan.
Lalu Asad, Karim, satu persatu, semuanya berkomentar sama."
Anak-anak itu melakukan apa yang sudah mereka rencanakan.
Mulanya sang guru tidak begitu memperhatikan, tetapi lama lama dia menjadi yakin kalau dirinya benar-benar sakit.
Dia merasa sakit hati kepada istrinya karena tidak memedulikan keadaan dirinya: "Tadi pagi istriku bahkan tidak menanyakan kepadaku apa yang sedang kurasakan dan apakah aku sebaiknya tinggal di rumah saja, tidak usah mengajar.
Barangkali dia berharap aku mati saja."

No comments: